Menyaksikan pergelaran Orkestra Cikini untuk kesekian kalinya, perasaan ini selalu campur-aduk. Pertama, rasa bangga karena putri kami ikut jadi pemain biola di sana. Sudah sejak kelas 3 SD sampai kini kelas 1 SMP, mulai dari orkes pemula, sampai sekarang anggota inti-yunior. Kedua, rasa haru karena selalu teringat almarhum orangtua. Orangtua-lah, terutama ibu, yang mengenalkan saya kepada musik klasik. Mereka juga yang memasukkan saya mengikuti les gitar klasik mulai kelas 6 SD. Ketiga, rasa senang karena bisa menikmati pergelaran orkestra klasik secara "live", walaupun hanya kelas lokal. Keempat, rasa curious karena ingin tahu dan penasaran apakah pengenalan musik, khususnya musik klasik, kepada anak-anak secara dini, akan mampu ikut membentuk kepribadiannya.
Kami percaya bahwa ada banyak kecerdasan, salah satunya adalah kecerdasan yang berkait dengan keindahan, musik misalnya. Kita tahu, sekolah formal terlalu menitik beratkan pada kecerdasan lingual-matematis, jadi tugas kitalah, orangtua, untuk menemukan kecerdasan lainnya yang mungkin dimiliki oleh anak-anak kita. Karena kita juga orang biasa, yang kecerdasannya juga biasa-biasa saja, maka menemukan kecerdasan anak kita menjadi tugas yang tidak mudah. Salah satu cara untuk mulai mencarinya adalah dengan memberikan paparan berbagai aspek kecerdasan bagi anak kita. Olahraga, bahasa, ruang spasial, bersosialisasi, dan musik.
Titik evaluasi penting yang sering membuat kami bimbang adalah, apakah kami sudah melanggar batas "perkenalan" atau "paparan" bermusik, dan mulai memasuki area "pemaksaan". Ketika anak sudah mulai malas, jenuh, atau tidak maju-maju, saya dan istri sering berdiskusi apakah sudah saatnya menghentikan paparan dan mulai mencari kecerdasan lainnya; atau hal ini hanya bagian dari "kemalasan" anak sehingga pencarian seharusnya tetap diteruskan. Dan ini sama sekali tidak mudah. Dua anak kami perilakunya juga berbeda.
Kami pilih musik klasik karena menurut pendapat saya, belajar memainkan alat musik melalui musik klasik akan mengalami lebih banyak paparan seluk-beluk keindahan seni musik. Dengan mengatakan ini tidak berarti saya melecehkan jenis musik lainnya. Namun harus diakui bahwa variasi struktur dan komposisi musik klasik jauh lebih banyak daripada jenis musik lainnya. Pengaruhnya juga melewati batas musik klasik. Lagu-lagu progresive-rock karya supergrup 70-an seperti Yes dan Genesis misalnya, sangat kental diwarnai oleh struktur musik klasik yang agak njelimet.
Kalaupun kecerdasan anak-anak kami bukan di musik, kami harap paparan musik yang kami lakukan bagi mereka akan memberikan bekas yang positif, entah itu kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, atau sekedar pendengar saja. Dalam kaitan ini, saya sangat bersyukur dulu dipaparkan musik oleh orangtua saya. Walaupun sekarang saya hanya menjadi pendengar saja (bahkan karaoke pun tidak) namun saya sangat menikmati perjalanan hidup yang ditemani oleh seni musik dari berbagai genre. Atas segala kebaikan yang saya peroleh ini, mudah-mudahan pahala terus mengalir bagi kedua orangtua saya.
Mengenai anak-anak kami sendiri, well...., kitalah yang harus membukakan pintu-pintu dunia bagi mereka. biarlah mereka menemukan jalannya sendiri kelak.
1 komentar:
aku nyesel kenapa dulu gak serius belajar musik biarpun dikasih kesempatan ortu.. jadi sekarang gimana caranya supaya anak gak nyesel tar kalo dah gede..
direkam gak? pindahin ke youtube dong..
Posting Komentar