Sabtu, 09 Agustus 2008

Merah Kirmizi


Novel karya Orhan Pamuk ini (pemenang Nobel Sastra 2006) memang bukan novel baru. Edisi bahasa Indonesia terbit tahun 2001, cetakan kedua terbit tahun 2006. Saya sendiri baru selesai membacanya hari ini, padahal saya beli di Palasari Lebaran tahun lalu.


Ceritanya mengenai pembunuhan 2 seniman Ustmaniyah di ujung abad ke enambelas yang terjadi di ibukota Istanbul. Eksplorasi pengarang atas pembunuhan ini berkembang luas: cinta getir banyak segi, benturan peradaban, deskripsi seni terutama seni lukis yang fasih, dan sejumlah dongeng klasik.


Para tokoh dalam buku ini muncul secara bergantian dan masing-masing bertutur mengenai apa yang terjadi dilihat dari sudut pandang masing-masing tokoh. Pada adegan pembunuhan, misalnya, Pamuk menceritakan adegan ini dilihat dari tokoh yang dibunuh dan pada bab berikutnya cerita dari si pembunuh.


Pamuk juga mampu bercerita detil. Untuk satu adegan pembunuhan, dia mampu bertutur sebanyak empat halaman, mulai dari sekarat sampai tewas; itu baru dari sisi tokoh yang dibunuh, belum cerita si pembunuhnya.


Novel ini juga bercerita tentang kehidupan para seniman masa itu, khususnya seni lukis, berikut intrik-intrik seniman istana, dan benturan peradaban yang menyertainya. Ada perdebatan soal apakah melukis makhluk hidup "seindah aslinya", termasuk manusia, bertentangan dengan hukum Allah atau tidak. Perdebatan itu membawa terpecahnya masyarakat menjadi tiga golongan: golongan puritan, yaitu yang menganggap bahwa seni itu harus mengabdi pada hukum Tuhan, karena itu tidak boleh tercampur dengan budaya asing (dalam hal ini budaya Eropa / non Muslim); golongan liberal, yang menganggap bahwa seni itu untuk kepuasan rohani manusia, sehingga bisa bersumber dari Barat dan Timur; dan golongan ditengah, yaitu masyarakat umum.


Tapi terus terang saja, saya cape baca novel ini. Mungkin karena gaya bertutur para tokohnya yang cenderung monolog. Sedikit sekali dialog. Detil-detil cerita secara rumit (bagi saya) ditaruh di narasi deskriptif para tokoh dalam memandang atau melakukan suatu peristiwa.

Saya juga tidak mampu mengerti kaitan antara judul novel dengan isi ceritanya. Maaf, barangkali novel ini bukan gue banget.